Telaah Jenis Asing Invasif di sekitar Bumi Perkemahan Sukamantri, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Telaah Jenis Asing Invasif di sekitar Bumi Perkemahan Sukamantri, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Tim konservasi keanekaragaman hayati dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) bersama dengan para peneliti dari Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN dan juga Yayasan Botanika telah berhasil menyelia hutan Sukamantri guna melacak keberadaan dan persebaran jenis asing invasif, khususnya kaliandra dan kayu afrika.

foto bersama tim survei jenis asing invasif di Sukamantri

Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya, saat ini menghadapi ancaman berupa masuknya jenis asing invasif yang dapat merusak ekosistem alami. Jenis asing invasif ini tidak hanya mengancam keberlangsungan spesies asli, tetapi juga dapat mengubah struktur dan fungsi ekosistem secara keseluruhan.

Menilik sejarah pengelolaan hutan TNGHS, khususnya Blok Sukamantri, kawasan ini memiliki beberapa kawasan enklave dan kawasan terdahulu yang merupakan bagian dari Perum Perhutani. Kemudahan akses yang dimiliki oleh beberapa area hutan di TNGHS menjadikan lokasi ini banyak dibuka untuk ekowisata dan tentunya akan meningkatkan aktivitas manusia di sekitar kawasan konservasi. Dengan kondisi-kondisi ini, menyebabkan potensi kehadiran jenis asing invasif dapat meningkat di kawasan hutan TNGHS.

beberapa jenis asing invasif target, kaliandra bunga merah, kaliandra bunga putih, dan kayu afrika

Melalui serangkaian kegiatan survei dan analisis jenis asing invasif, khususnya kaliandra dan kayu afrika, serta melakukan kajian etnobotani terkait pengetahuan dan tingkat pemanfaatan kaliandra oleh masyarakat di sekitar kawasan, diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keadaan aktual kaliandra sehingga dapat disusun rekomendasi yang tepat untuk pengendalian jenis asing invasif ini.

aktivitas kegiatan survei di Sukamantri

Kolaborasi yang apik guna mendukung berbagai aktivitas pengelolaan kawasan konservasi dan riset ilmiah seperti melalui survei lapangan, analisis data, diskusi pengelolaan dan analisis risiko kehadiran tumbuhan asing, serta wawancara dengan penduduk setempat. Teknologi terkini seperti pemetaan spasial berbasis GIS juga telah digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai penyebaran jenis asing invasif di wilayah ini.

Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan dapat ditemukan solusi yang efektif untuk mengatasi ancaman jenis asing invasif di TNGHS. Hasil riset ini juga diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi pengelolaan taman nasional lainnya di Indonesia yang menghadapi masalah serupa.