Perkuat Jejaring Konservasi, Botanika Hadir Mendukung Kegiatan PPBI XII di Bogor

Perkuat Jejaring Konservasi, Botanika Hadir Mendukung Kegiatan PPBI XII di Bogor

Pertemuan Pengamat Burung Indonesia (PPBI) merupakan agenda tahunan yang secara konsisten mempertemukan para pengamat, pemerhati, pegiat, serta masyarakat luas yang memiliki ketertarikan dan kepedulian terhadap upaya konservasi burung di Indonesia. Forum ini menjadi ruang berbagi pengetahuan, memperkuat jejaring, serta menumbuhkan kolaborasi lintas komunitas demi menjaga kelestarian keanekaragaman avifauna Nusantara.

Pada penyelenggaraan sebelumnya, PPBI X berlangsung di Desa Penatahan, Kabupaten Tabanan, Bali, dan dihadiri oleh 110 peserta. Sementara itu, PPBI XI digelar di Desa Mendolo, Kabupaten Pekalongan, dengan partisipasi 96 peserta. Tahun ini, rangkaian kegiatan PPBI XII diselenggarakan di Bogor dan Kampung Citalahab Sentral pada tanggal 26 April–29 Juni 2025, mengusung tema “Merajut Pegiat Konservasi Burung Indonesia: Citizen Science, Illegal Wildlife Trade, One Health & Community-based Conservation”. Tema tersebut mencerminkan upaya perlindungan burung di Indonesia melalui pendekatan ilmiah, kemasyarakatan, dan lintas disiplin.

Sesi pengamatan bersama peserta PPBI XII di Kampung Citalahab, Desa Malasari berlangsung hangat dan penuh antusias. Berbekal kamera dan binokuler, para peserta bersiap mengabadikan setiap momen terbaik saat burung-burung melintas di antara rimbun pepohonan.

Penyelenggaraan PPBI XII turut didukung oleh berbagai pihak, Botanika bertindak sebagai salah satunya. Kami di Yayasan Botanika menyadari bahwa kegiatan ini memegang peranan penting dalam upaya konservasi alam, khususnya melalui edukasi publik dan penguatan komunitas konservasi.

Botanika hadir sebagai salah satu yang mendukung acara PPBI.

Menjelang puncak acara, serangkaian kegiatan dalam Road to PPBI XII diselenggarakan sebagai pemantik antusiasme dan ruang pembelajaran bagi peserta. Kegiatan tersebut meliputi diskusi tematik, pengamatan burung bersama, sesi siniar, serta puncak acara berupa seminar dan karyawisata.

Kegiatan PPBI XII bertujuan untuk memperluas partisipasi dari berbagai kalangan, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konservasi burung, serta membuka ruang bertukar pengetahuan dan pengalaman antar peserta. Melalui keterlibatan yang lebih inklusif, PPBI XII diharapkan dapat memperkuat jejaring pegiat konservasi, mendorong lahirnya gagasan-gagasan baru, serta menumbuhkan kepedulian kolektif dalam menjaga kelestarian burung dan ekosistemnya di Indonesia.

Rangkaian kegiatan dibuka dengan diskusi perburungan pada 26 April 2025. Dalam forum tersebut, berbagai isu dibahas secara mendalam, mulai dari sejarah perkembangan pengamatan burung di Indonesia, keberadaan burung-burung urban di Kebun Raya Bogor, hingga dinamika perburungan di kawasan IPB Dramaga. Kegiatan berlanjut pada 17 Mei 2025 di Kebun Raya Bogor, melalui agenda pengamatan burung dan karyawisata sejarah para naturalis burung, yang memberikan wawasan lebih luas mengenai perjalanan panjang studi ornitologi di Indonesia.

Pada 26 Juni 2025, rangkaian Road to PPBI XII mencapai salah satu momentum penting melalui penyelenggaraan Seminar Nasional Burung yang bertempat di Aula Transformasi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis, IPB Kampus Dramaga. Seminar ini terbagi dalam tiga sesi utama yang masing-masing menghadirkan pemaparan mendalam dari para pakar, sekaligus memperkaya wawasan peserta mengenai isu-isu terkini dalam konservasi burung dan satwa liar di Indonesia.

Sesi seminar nasional menghadirkan para ahli dan pegiat konservasi burung di Indonesia, di antaranya drh. Dedi Candra dari KKHSG Kemenhut serta Prof. Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si. Acara tersebut dipandu oleh moderator Shahnaz Dinda, sehingga diskusi berlangsung terarah dan penuh wawasan.

Melalui rangkaian sesi yang padat dan bermakna ini, seminar nasional tersebut berhasil memperkuat pemahaman peserta mengenai berbagai aspek konservasi, sekaligus menegaskan urgensi kolaborasi lintas sektor dalam menjaga keberlanjutan satwa liar Indonesia.

Kegiatan terakhir PPBI XII adalah karyawisata yang berlangsung selama 3 hari di Kampung Citalahab, Desa Malasari. Peserta yang mengikuti agenda ini berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, hingga Kalimantan, mencerminkan luasnya jangkauan komunitas pengamat burung di tanah air.

Meski cuaca kerap diselimuti hujan dan kabut, seluruh rangkaian kegiatan tetap berlangsung dengan lancar dan penuh kehangatan, berkat suasana akrab yang tercipta di Kampung Citalahab. Sejumlah satwa berhasil diamati dan didokumentasikan selama kegiatan pengamatan berlangsung, di antaranya burung cabai bunga api (Dicaeum trigonostigma), meninting besar (Enicurus leschenaulti), cekakak batu (Lacedo pulchella), dan spesies lainnya.

Selain menjadi habitat penting bagi keanekaragaman burung, kawasan Citalahab juga merupakan rumah bagi berbagai primata, seperti owa jawa (Hylobates moloch), lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), yang semakin menegaskan nilai ekologis wilayah tersebut sebagai area konservasi yang penting.

Pada akhir kegiatan, acara ditutup dengan sesi foto bersama seluruh peserta PPBI XXI di Kampung Citalahab, Desa Malasari. Kebersamaan ini bukan hanya menutup rangkaian kegiatan, tetapi juga meneguhkan harapan agar upaya konservasi burung di Indonesia terus berlanjut, tumbuh lebih kuat, dan memberi masa depan yang lebih lestari bagi satwa dan ekosistemnya.

Kegiatan PPBI XII merupakan kegiatan yang sangat berarti, diharapkan kegiatan ini menjadi tonggak penguatan kolaborasi lintas komunitas, lembaga, dan generasi dalam menjaga kelestarian burung Indonesia. Melalui meningkatnya partisipasi publik, pemanfaatan citizen science, dan pemahaman lebih mendalam tentang ancaman seperti perdagangan satwa liar serta tantangan One Health, diharapkan muncul langkah-langkah konkret yang lebih terarah dan berkelanjutan. Semoga semangat yang tumbuh selama PPBI XII dapat terus menyala, mendorong terciptanya jaringan konservasi yang lebih solid, memperluas edukasi kepada masyarakat, serta memastikan bahwa warisan keanekaragaman burung Nusantara tetap lestari untuk generasi mendatang.