Ekspedisi Kolaborasi: Kajian Potensi Ekosistem Karst Long Saan di Lanskap Kayan Mentarang

Ekspedisi Kolaborasi: Kajian Potensi Ekosistem Karst Long Saan di Lanskap Kayan Mentarang

Pada bulan September 2025, Botanika berkolaborasi bersama Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) untuk melakukan ekspedisi dan studi ilmiah. Kajian yang akan dilakukan adalah pengungkapan potensi ekosistem karst di area Resort Sungai Pujungan SPTN Wilayah III Long Ampung tepatnya di wilayah Long Saan Desa Long Jelet, Kecamatan Pujungan, Kabupaten Malinau. Total waktu ekspedisi yang akan dilaksanakan dari tanggal 2–22 September 2025.

Melalui kajian ini, TNKM berupaya menyingkap potensi ekosistem karst, tidak semata sebagai lanskap geologi, tetapi sebagai ruang ekologis yang hidup, berfungsi, dan berharga bagi keberlanjutan sistem alam dan manusia di sekitarnya. Kegiatan ini berfokus pada potensi ekosistem batu kapur di wilayah Long Saan, Desa Long Jelet, di mana terdapat sebuah patahan yang melintang membentuk tebing dengan tinggi kurang lebih 100 meter dan diduga mengandung singkapan batuan kapur. Dengan melibatkan berbagai tim ahli dari beberapa institusi/organisasi antara lain tim internal Balai Taman Nasional Kayan Mentarang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Geoaccess, Yayasan Botani Tropika Indonesia, Perhimpunan Herpetologi Indonesia (PHI), dan BirdPacker, kami berupaya untuk mengungkap keberadaan ekosistem pada batuan kapur dari segi pembentukannya (geologi) serta atribut biologis dan ekologis yang menyertainya.

Kawasan TNKM merupakan area hutan alam yang relatif masih alami dan merupakan benteng terakhir dalam mempertahankan ekosistem alam di wilayah Borneo yang terletak di ujung utara Provinsi Kalimantan Utara dan berbatasan langsung dengan Malaysia (Sabah). Taman Nasional Kayan Mentarang mempunyai luas area sebesar 1.271.696,56 ha dengan tipe ekosistem yang bervariasi meliputi hutan dipterokarpa, hutan dataran rendah, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan atas (>1.500 mdpl), ekosistem savana, ekosistem karst, dan ekosistem buatan. Dari tipe ekosistem yang sangat bervariasi tersebut juga menyimpan biodiversitas tumbuhan dan satwa yang sangat luar biasa tingginya dan saat ini belum semuanya terungkap secara menyeluruh. Beberapa flora unik yang mendiami kawasan TNKM antara lain beragamnya jenis anggrek (Orchidaceae), jahe-jahean (Zingiberaceae), serta terdapat dua jenis raflesia yaitu Rafflesia pricei dan Rafflesia tuan-mudae, beberapa jenis Amorphophallus dan Nepenthes.

Area yang dijelajahi merupakan kompleks mozaik ekosistem hutan yang masih terjaga dengan bentang alam yang sangat bervariasi didominasi oleh perbukitan, lereng, lembah, danau, dan jaringan sungai. Vegetasi yang dijumpai mempunyai kekayaan jenis yang sangat tinggi dan beragam dan membentuk gradasi peralihan terhadap ketinggian dari lembah hingga mencapai puncak bukit atau pegunungan. Pada area lembah, tepi sungai, dan elevasi lebih rendah banyak dijumpai vegetasi bawah yang menyukai kelembaban yang tinggi seperti kelompok Zingiberaceae dan Araceae serta jenis pohon yang lebih beragam dengan kondisi perawakan yang menjulang tinggi. Pada area mendekati perbukitan dan punggungan terdapat peralihan vegetasi dengan jenis pohonnya yang relatif lebih seragam, perawakan yang pendek dan tumbuh miring serta bengkok, dan lebih melimpahnya jenis anggrek yang tumbuh pada batang-batang pepohonan yang diselimuti oleh lumut daun. Pada area tertentu seperti di bagian lembah banyak dijumpai singkapan batu-batu besar yang menunjukkan kondisi kedalaman tanah yang relatif dangkal dan masih dalam proses pembentukan awal. Pada kompleks area survei ini merupakan wilayah Long Saan yang dahulunya merupakan desa tetap dan dihuni oleh penduduk yang cukup banyak dengan pemanfaatan lahan utamanya adalah perladangan berpindah. Saat ini penduduknya sebagian besar telah berpindah ke Desa Long Jelet dan saat ini area tersebut telah kembali menjadi hutan sekunder. Variasi habitat dan mosaik perkembangan vegetasi tersebut menunjukkan adanya korelasi yang kuat dengan keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi di wilayah tersebut serta menjadi objek yang menarik untuk studi koleksi dan penelitian botani selanjutnya.

Pada ekspedisi kali ini kendala utama yang dihadapi adalah waktu ekspedisi yang saat ini memasuki musim hujan. Pada satu waktu kondisi camp mengalami kebanjiran karena hujan yang sangat deras di malam hari dan membuat peralatan, logistik, dan spesimen menjadi basah dan lembap. Kendala penting lainnya adalah jarak perjalanan yang cukup jauh dari lokasi pengambilan data sampai ke luar menuju kota terdekat. Perjalanan yang jauh serta memakan waktu yang lebih lama dengan perubahan kondisi cuaca yang berseling dari hujan deras ke terik matahari yang menyengat saat perjalanan membuat beberapa spesimen koleksi hidup mengalami stres dan beberapa membusuk/mati. Hal itu sangat disayangkan karena spesimen dianggap sangat penting karena telah dikoleksi dengan susah payah dari lokasi yang sangat jauh dan terpencil serta kemungkinan mempunyai nilai yang signifikan.

Ekspedisi pengungkapan keanekaragaman hayati merupakan aktivitas yang sangat penting dan seharusnya menjadi ujung tombak kegiatan utama dalam pengelolaan di taman nasional. Taman nasional sebagai kawasan lindung saat ini merupakan area alami terakhir yang tersisa yang menyimpan sejarah alam penting beserta kekayaan hayati yang menyertainya. Semakin terpencil suatu area dengan intervensi manusia yang masih minim, maka kemungkinan besar masih banyak kekayaan hayati menunggu untuk diungkap dan menjadi area objek menarik untuk penelitian dan ekspedisi. Tren saat ini dengan kondisi masifnya deforestasi, ekstraksi sumber daya alam, dan alih fungsi hutan dengan membawa label tujuan pembangunan nasional akhirnya menyisakan hutan alami yang sangat terbatas terutama di area inti taman nasional dan kawasan lindung lainnya yang saat ini semakin terdesak keberadaannya. Urgensi tersebut juga semakin meningkat mengingat kekayaan biodiversitas kita yang belum sepenuhnya terdata secara komprehensif dan dalam kondisi terus berpacu melawan kerusakan lingkungan yang kian mempercepat laju kepunahan spesies. Kontinuitas aktivitas pengungkapan keanekaragaman hayati perlu dilakukan secara bertahap dengan senantiasa menambah dan mengevaluasi data yang telah dihimpun sehingga menjadi dasar dan acuan dalam memahami rahasia evolusi alami, kompleksitas kehidupan dalam ekosistem, dan pemanfaatan sumber daya alam yang bijak. Pemahaman secara kolektif tersebut bertujuan untuk menciptakan harmonisasi antara konsep pembangunan dan konservasi sehingga mencapai titik temu kelestarian kehidupan.

default