Bioprospeksi: Menyelia Tetumbuhan Berpotensi Sebagai Pangan, Obat, dan Serat Alam

Bioprospeksi: Menyelia Tetumbuhan Berpotensi Sebagai Pangan, Obat, dan Serat Alam

Cikaniki, Botanika. Indonesia sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman tinggi memiliki banyak potensi yang dapat bermanfaat untuk masyarakatnya. Hutan sebagai sumber keanekaragaman menyimpan banyak tetumbuhan yang jika diperhatikan lebih mendalam, memiliki potensi untuk pangan, obat, dan serat alam. Hal ini mendorong kami, Botanika berkolaborasi bersama dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan Aksioma Institute melakukan serangkaian kegiatan Bioprospeksi 2021 di Resor Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Peniwidiyanti sebagai salah satu peneliti di Botanika menyampaikan bahwa kegiatan bioprospeksi tetumbuhan penting dilakukan untuk  menelusuri manfaat dari tetumbuhan yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. “Bioprospeksi tetumbuhan dilakukan melalui serangkaian eksplorasi, kajian laboratorium guna menggali senyawa metabolit sekunder, genetika, protein, dan produk turunan lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat”, ungkapnya saat menghimpun dokumentasi tetumbuhan berpotensi yang berlangsung pada 11-12 Desember 2021 di sekitar hutan Cikaniki, TNGHS.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Botanika, Fatkurrahman menyatakan, bioprospeksi tetumbuhan harus dilakukan karena potensinya yang begitu besar, masyarakat membutuhkan sumber daya alternatif untuk mencukupi kebutuhan pangan, obat, dan serat alam. Kegiatan ini juga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa hutan memiliki manfaat secara langsung bagi mereka, sehingga upaya konservasi perlu juga dilakukan oleh masyarakat, tidak hanya oleh pemangku kawasan konservasi.

“Bioprospeksi tetumbuhan tidak hanya menjadi gerbang pengungkap potensi tetapi juga menjadi salah satu alasan penting terkait upaya konservasi untuk mempertahankan eksistensi keanekaragaman hayati Indonesia” tutur Asih Perwita Dewi, etnobotanis dari Botanika.

Dirinya menambahkan, bioprospeksi tidak hanya mengenai modernisasi pengulikan manfaat aneka tetumbuhan, tetapi bahkan oleh masyarakat lokal pun secara tradisional mereka telah melakukan praktik bioprospeksi berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Oleh karena itu, tanpa kita sadari sejak lama pula kita telah menjadi praktisi bioprospeksi untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati. Hal ini sejalan dengan pemikiran dari Prima Hutabarat, konservasionis tumbuhan Botanika yang menjelaskan bahwa bioprospeksi tetumbuhan seperti benang merah yang menjadikan tumbuhan pada posisi tertinggi dalam menjawab masalah-masalah manusia dan lingkungan, sehingga keberadaannya mutlak untuk lestari dan berkelanjutan.

“Hasil dari kegiatan bioprospeksi tetumbuhan dapat mendorong inovasi berbasis hasil hutan yang dikelola langsung oleh masyarakat. Guna mencapai tujuan itu, diperlukan harmonisasi yang kuat antara peneliti, masyarakat, dan juga pemangku kawasan konservasi. Oleh karenanya, kolaborasi penelitian sangat terbuka, Botanika dapat digunakan untuk peneliti Indonesia dalam melakukan risetnya. Eksplorasi dan bioprospeksi tetumbuhan bisa terus dilanjutkan untuk menemukan potensi maksimal dari tetumbuhan itu sendiri”, pungkas Fatkurrahman.

Foto Hasil Dokumentasi Bioprospeksi di sekitar hutan Cikaniki, TNGHS.