Menelusuri Potensi Alam: Eksplorasi Potensi Bioprospeksi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Bioprospeksi merupakan kegiatan eksplorasi yang sistematis untuk menemukan gen, senyawa alami, pemodelan alam, hingga organisme secara utuh yang hidup di alam liar. Seluruh temuan pada kegiatan bioprospeksi berpotensi untuk dikembangkan menjadi berbagai produk yang bermanfaat, mulai dari kesehatan, pangan, hingga teknologi (Mateo et al. 2001). Pada tanggal 26–30 Agustus 2025, Balai TNGHS berkolaborasi dengan Pusat Riset Ekologi BRIN dan Yayasan BOTANIKA melaksanakan kegiatan bioprospeksi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), tepatnya di kawasan Resort Gunung Bodas, Resort Gunung Bedil, dan Resort Cibedug. Secara administratif, Resort Gunung Bodas masuk dalam wilayah Sukabumi, Jawa Barat, sementara Resort Gunung Bedil dan Resort Cibedug masuk dalam wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Ketiga lokasi ini termasuk ke dalam bentang alam Halimun utara dan selatan.

Kegiatan bioprospeksi dilaksanakan dengan tujuan untuk wawancara terkait pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan dan eksplorasi keanekaragaman hayati serta potensi pengembangan bioprospeksi TNGHS. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah bagi upaya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan, sehingga kekayaan hayati yang ada di dalam kawasan akan tetap lestari dan bermanfaat bagi generasi mendatang.

Pelaksanaan kegiatan bioprospeksi ditujukan pada beberapa komunitas masyarakat adat kasepuhan yang berada di dalam maupun di sekitar kawasan TNGHS. Pelaksanaan kegiatan di lapangan diawali dengan wawancara bersama masyarakat adat dari berbagai kasepuhan, di antaranya Kasepuhan Cipta Gelar, Kasepuhan Sinar Resmi, Kasepuhan Cipta Mulya, Kasepuhan Cisungsang, dan Kasepuhan Cibedug. Kegiatan ini dilakukan untuk menggali pengetahuan lokal masyarakat setempat mengenai berbagai pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil wawancara, diperoleh informasi jenis tumbuhan yang biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat. Sejumlah tumbuhan digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional, sumber pangan, ritual adat, dan lain sebagainya. Pengetahuan tersebut mencerminkan adanya kaitan erat antara masyarakat adat kasepuhan dengan lingkungan alam sekitarnya secara turun-temurun.

Setelah melakukan wawancara dengan masyarakat adat setempat, tahapan berikutnya yang dilakukan adalah pengumpulan sampel tumbuhan secara terbatas di sekitar wilayah kasepuhan. Pengambilan sampel di alam dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan hanya mengambil bagian yang diperlukan, serta tetap menjaga kelestarian ekosistem setempat. Sampel yang dikumpulkan mewakili informasi yang diperoleh dari hasil wawancara. Seluruh sampel yang telah dikumpulkan kemudian didokumentasikan untuk dianalisis lebih lanjut. Temuan dari hasil lapangan ini tentunya membuka peluang untuk penelitian lanjutan sekaligus menambah pengetahuan tentang interaksi ekologis yang ada di wilayah kasepuhan.

Kegiatan bioprospeksi di kawasan TNGHS ini memberikan gambaran bahwa pengetahuan lokal masyarakat adat setempat memiliki peran penting dalam memahami potensi tumbuhan. Melalui pendekatan wawancara, pengumpulan sampel, dan dokumentasi lapangan, kegiatan ini tidak hanya menghasilkan data ilmiah, tetapi juga memperlihatkan sinergi antara sains modern dengan kearifan lokal masyarakat. Integrasi pengetahuan tersebut diharapkan menjadi dasar bagi upaya konservasi yang lebih efektif sekaligus peluang pemanfaatan sumber daya alam hayati secara berkelanjutan. Dengan demikian, bioprospeksi tidak hanya berfungsi sebagai kegiatan penelitian saja, tetapi juga sebagai bagian dari strategi menjaga kelestarian ekosistem dan meningkatkan nilai guna keanekaragaman hayati bagi kesejahteraan masyarakat.
